Data kemiskinan, IPM dan indeks kebahagiaan tersebut menjadi fenomena
yang cukup unik yang terjadi di DIY. Meskipun masih ada 11,49% atau 463,63 ribu
penduduk miskin yang ada di provinsi DIY, namun IPM dan indeks kebahagannya
tinggi. Bahkan indeks kebahagaiaannya lebih tinggi dari rata-rata nasional. Hal
ini menggambarkan kondisi secara umum penduduk DIY merasa bahagia dengan
kehidupannya. Fakta ini semakin menguatkan tentang hakikat kebahagian dalam
Islam yang sudah dijelaskan banyak dalam Al-Qur’an. Salah satunya pada surat
kedua dalam Al-Qur’an pada ayat 5 dan 38 maka disana sudah Allah janjikan
kebahagiaan untuk kita.
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS 2: 5)
Janji Allah bagi orang yang beriman dan bertakwa adalah kebahagiaan/beruntung
(muflihun). Kata muflihun dalam surat Al-Baqarah ayat 5 adalah follow up dari
petunjuk, bimbingan dari Allah SWT. Selanjutnya hal ini juga diperjelas pada
ayat ke 38 yakni,
“Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS 2: 38)
Dua kunci kebahagiaan yakni tidak khawatir atas masa depan dan tidak
bersedih dengan masa lalu. Namun, syarat mendapatkan kunci kebahagiaan itu
dijelaskan di kalimat sebelumnya yaitu ketika datang petunjuk dari Allah maka
ikutilah. Jika disederhanakan, untuk mendapatkan kebahagiaan sempurna (dunia dan
akhirat) maka ketaatan pada Allah menjadi pondasinya. Ketaatan yang
sempurna maka akan menghasilkan kebahagiaan yang sempurna pula, salah satunya
munculnya perasaan tenang (tidak khawatir dan tidak bersedih). Ketika ketenangan
sudah diperoleh maka insyaaAllah akan mencapai titik ibadah tertinggi yaitu
ridha. Ketika ridha sudah kita peroleh, maka insyaaAllah hati kita tenang
dalam menjalani setiap episode hidup. Begitu pula pesan yang disampaikan oleh
Imam Hasan al-Bashri pun juga sama yakni tentang ketaatan seorang hamba. Beliau
mengatakan,
“Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”
Jadi, bahagia itu sederhana dan tidak bisa diukur dengan harta dunia. Justru
tentang keimanan yang tidak bisa diwarisi tapi harus diperjuangkan. Perjuangan
yang bisa kita mulai dengan memperdalam ilmu agama yang sudah sempurna mengatur
segala pernak pernik dalam kehidupan kita.
Sebab, agama adalah cara memandang hidup;
cara memandang mati;
cara memandang
hidup setelah mati;
cara memandang yang hidup,
cara memandang yang mati, serta
pencipta hidup dan mati.
– Salim A. Fillah
Wallahu’alam bisshowab
Referensi:
https://katadata.co.id/ariayudhistira/cek-data/63d3ec89521be/cek-data-benarkah-warga-yogyakarta-bahagia-walaupun-miskin
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/17/indeks-pembangunan-manusia-dki-jakarta-tertinggi-nasional-pada-2022
https://tafsirweb.com/326-surat-al-baqarah-ayat-38.html
https://tafsirweb.com/182-surat-al-baqarah-ayat-5.html