Langsung ke konten utama

Rihlah Keluarga (Muslimah) Ar Royyan


Bismillah…
Selasa, 2 Februari 2016 dari divisi PSDM mengagendakan rihlah KMA Ar Royyan ke Pantai Glagah, yang sebelumnya ada pilihan destinasi wisata lain tetapi terpilihlah pantai Glagah. Tapi, terpaksa saya tidak  bisa ikut rihlah karena masih bertugas (Kerja Praktek) menuntaskan amanah akademik saya. Tetapi, saya tidak terlalu kecewa karen ternyata yang akhwat akhirnya pada nggak ikut karena berbagai alassan (ada yang memang tidak bisa, ada yang tidak dizinkan karena jalannya) hehe. Akhirnya, mereka berangkat rihlah tanpa akhwat satu pun. Singkat cerita mereka langsung upload foto-foto hasil rihlah dan para akhwat pun ‘kepengen’.
Kita (para akhwat) punya grup WA sendiri, disitulah kami melampiaskan rasa ‘kepengen’ untuk inisiatif rihlah akhwat sendiri juga (gak mau kalah) haha. Mengingat kami para akhwat maka diputuskan untuk berwisata ke tempat-tempat yang jarak dekat (sing penting rihlah). Setelah berdiskusi banyak di grup WA akhirnya diputuskan di Candi Sambisari Kalasan sambil lotisan bareng. Meskipun di grup WA itu terasa perispan yang gak matang (read : hampir wacana). Tetapi, Alhamdulillah berkat keomitmen dan niat untuk berrihlah Senin, 8 Februari 2016.
Janjian kumpul jam 07.00 WIB di rumah Mbak Sanya dengan alasan lebih dekat dan sudah pada tahu rumahnya. Tiba-tiba Dewi A muncul di grup WA mengatakan bahwa dia udah mau berangkat tapi Dewi P meminta unuk datag kerumahnya. Mbak Indri pun izin terlambat dan akan menyusul langsung ke Candi. Mbak Hesti yang masih perjalanan pulang dari luar kota pun juga berusaha untuk menyusu langsung ke Candi. Amalia pun juga datang terlambat dan langsung menuju lokasi Candi dan Fiesha terpaksa gak jadi ikut karena harus mengurus jadwal praktikumnya di kampus (semangat Fiesh hehe). Saya pun terpaksa telat juga karena harus (jemur pakaian dan jemput belanjaan di pasar) setelah itu langsung cus rumah Mbak Sanya. Pukul 08.16 saya mendarat dengan selamat di depan rumah Mbak Sanya, disana sudah ada Mbak Sanya, Duo Dewi yang duduk di depan garasi. Setelah saling sapa, akhirnya kami berempat langsung cus ke Candi karena sudah tidak ada yang ditunggu.
Alhamdulillah sudah memasuki kawasan Sambisari sekitar pukul 9 dan Mbak Sanya mengajak sarapan dulu ke Soto Bathok. Kami pun menuju warung Soto Bathok dan ternyataaa antriii rameee bangeeet. Kami pun rada berpikir dan memutuskan untuk nanti saja akhirnya kita balik ke Candi Sambisari dan memposisikan kendaraan di tempat parkir. Setelah turun dari motor, kami pun punya keputusan lain untuk tetep sarapan dulu karena juga pada belum dating. Dari parkiran akhirnya kami berjalan menuju warung Soto Bathok yang berada tidak jauh dari lokasi candi. Sesampainnya disana, kondisi masih ramaiii dan kami pun memasan Soto 4 mangkok. Jujur, saya baru pertama kali kesini dan baru tau ada yang jual Soto Bathok selaris ini (haha). Mesikupun antri dan rame, pesanan kita langsung dataaang. Yeeeaaay Alhamdulillah karena perut belumm terisi sejak pagi. Penyajian soto yang unik menggunakan bathok yang lucu dan unyu serta pemandangan sawah yang hijau membentang luas. Sotonya enaak, segeeer dan disela-sela menikmati soto katanya si Amalia akan segera sampai ke lokasi. Karena kami masih posisi di warung soto, si Lia minta dipesankan satu. Tetapi, mungkin karena nanggung maka kami habiskan sotonya dan beberap menit setelah habis si Lia datang. Lia memutuskan untuk tidak jadi memesan dan Lia makan satu buah tempe saja. (hehe, maafkan kami Lia). Kami pun bergegas menuju ke candi dan dipertengahan jalan bertemulah kami dengan Tuti (yang belum mandi :p) tapi Tuti tetap gak mau ikut karena belum ‘apa-apa’ dan cuma mengembalikan buku mentoring ke saya. Akhirnya Tuti pulang kerumahnya yang tidak jauh dari lokasi dan kami berjalan menuju lokasi candi (Lia naik motor).
Sesampainya di Candi Sambisari, kami pun melangkah menuju pintu masuk dan membayar tiket masuk sebesar @2000. Lagi lagi saya baru pertama kali juga masuk Candi Sambisari karena biasanya Cuma lewat doing (meskipun kata Ibuk saya pernah kesana tapi waktu kecil). Kami langsung menuju bangunan candinya dan mulai ‘berulah’ layaknya turis. Setelah sudah cukup berfoto2 sedikit didalam candi kami pun keluar candid an ada satu orang lagi yang datang. Dialah mbak Indri datang sekitar pukul 10 dan kami sudah selesai sesi foto di dalam candinya. Akhirnya, kami melanjutkan sesi foto diluar candi bersama mbak Indri. Sesi ini tidak perlu diceritakan panjang lebar, karena ya begitulah mestinya sudah pada tahu bagaimana kalau para wanita berfoto. Setelah itu kami mengelilingi dan menjelajahi Candi Sambisari dan memutuskan untuk mencari tempat berteduh karena matahari mulai naik.
Kami akhirnya menemukan spot untuk berteduh (dibawah pohon dan didekat orang yang lagi b*rd***n)  sambil lotisan. Tikar pun kami bentangkan dan dibuka oleh mbak Indri dan tilawah Al-Isra’ ayat 32-35 oleh mbak Sanya. Kemudian  buahan2an yang diambil Dewi A dan Lia pun datang. Pada sat itu ada satu orang lagi (the last one) yang datang, dialah mbak Hesti yang baru pulang dari luar kota. Kami mulai untuk potong memotong buah dan meng’uleg’ sambel lotisnya.  Saya pun yang pertama meng’uleg’ sambel lotis khusus saya (read : tidak pedas) dan setelah itu baru membuat sambel lotis yang umum (read : pedas). Setelah semua selesai dikupas buah pun dicuci dengan air keran seadanya yang ada disana. Setelah bersih, buah-buahan itu pun mulai dipotong dan sedikit ada perdebatan disini terkait cara memotong dan bentuk potongannya. Sudahlah, entah gimana bentuknya yang penting tetap berbentuk buah segar (hehe). ‘Pesta’ lotisan pun dimulaiiii…. Tampaknya semua menyantap buah dengan lahap dan bahagia. Alhamdulillah buah-buahan segar pun habis dinikmati dan kami mulai berkemas-kemas untuk  menuju ke tujuan selanjutnya  yaitu ke rumah Amalia.
Perjalanan menuju rumah Amalia, yang menurut saya lumayan jauh di daerah Kalasan. Alhamdulillah sesampainya disana, suara adzan mulai menggema menandakan waktu dzuhur telah tiba. Motor pun kami parkirkan di depan halaman rumah Lia dan dilanjutkan berjalan ke masjid yang berada di depan rumah Lia. Di masjid tampak pemandangan yang menyenangkan, banyak anak-anak kecil yang ikut sholat berjamaah (menjadi berkaca pada diri sendiri yang masih malas diri). Semoga Allah memberikan ke istiqomhan kepada adek-adek shalihah. Aamiin…
Selesai sholat dzuhur, kami pun berjalan menuju rumah Lia. Disana kami beristirahat, merebahkan badan sebentar di kursi. Ternyataaa, sesampainya di rumah Lia, sudah disediakan es the dan berbagai camilan. Salah satunya adalah siomay atau saya menyebutkan ‘salome’ bikinan Lia dan ibuknya. Kami pun memutuskan untuk memakannya secara bersama-sama di depan teras rumah ditemani oleh ayamnya Lia yang pengen gabung (haha). Menikmati siomay sambil dicampuri oleh kecap manis yang ditaburi potongan cabai sisa bumbu lotis tadi. Akhirnya siomay pun ludes tak tersisa satu pun. Setelah berbincang-bincang dirasa cukup dan matahari mulai meninggi, kami memutuskan untuk pamit sekaligus menuju candi kedulan yang berada tidak jauh dari rumah Lia. Ternyata candinya itu memang sedang tahap pembangunan jadi ya gak berbentuk candi, masih seperti batu-batu candi yang berserakan. Di lokasi candi itulah destinasi wisata terakhir kami, setelah itu kami melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah masing-masing.
Terimakasih temen-temen Keluarga Muslimah Ar Royyan yang telah memberikan waktu untuk berbagi kebhagiaan… :*
Semoga Allah senantiasa menjaga kita semua dan kelak dipertemukan di dalam syurgaNya, Aamiin…

-cca19-
#RihlahKMA
Bersama sahabat KMA di Candi

Duduk santai sambil lotisan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Arti Kebarokahan dalam Hidup?

Bismillah.. Sudah hampir 1 tahun berada di Bogor, kota hujan penuh keberkahan. Selayaknya di Jogja yang begitu banyak taman-taman surge (majelis ilmu), di Bogor pun cukup bertebaran taman-taman surge meskipun tidak sebanyak di Jogja. Memang, di Jogja setiap hari ada kajian dari waktu subuh hingga isya’ di berbagai masjid-masjid, kampong dan kampus. Maka tak heran jika ada teman yang mengatakan bahwa ‘Jogja itu surganya kajian’ .   Itulah mungkin salah satu dari kerinduan Jogja.. Salah satu majelis ilmu yang saya ikuti pada hari Sabtu, 21 September 2019 yakni kajian Ngariung Yuk yang ternyata udah batch 6. Kajian ini ternyata juga diadakan dari Bogor Raincake milik pasangan artis Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (a.k.a cinta fitri yang terwujud di dunia nyata). Pada Kajian Ngariung Yuk batch 6 ini mengundang seorang Ustadz ternama yakni Ust Oemar Mita di The Sahira Hotel, Bogor. Meskipun ada kuota tapi acara ini gratis. Hal ini cukup menginspirasi saya bahwa bisnis yang kemud

BAHAGIA: bukan tentang harta, tapi tentang rasa

          Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) didapuk sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan sebanyak 11,49% penduduk miskin pada 2022. Artinya, pengeluaran mereka berada di bawah garis kemiskinan Yogyakarta, yakni Rp551.342 per kapita/bulan. Sedangan Indeks Pembangunan Manusaia (IPM) di provinsi DIY tertinggi kedua nasional yakni sebesar 80,64 pada 2022. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.Mari melihat satu data lagi yakni indeks kebahagiaan DIY sebesar 71,7 pada 2021, angka lebih besar dari rata-rata nasional yang sebesar 71,49. Indeks Kebahagiaan Indonesia merupakan indeks komposit yang dihitung secara tertimbang menggunakan dimensi (perasaan dan makna hidup) dan indikator dengan skala 0-100. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia.                       Data kemiskinan,

Ruh Langit Keluarga

  Ahad, 28 Mei 2023 [Catatan Singkat: Kelas Jadi Istri bersama Teh Febrianti Almeera] Bismillahirahmanirrahim.. Sesi ini beliau banyak menyampaikan terkait visi misi sebuah keluarga, bagaimana seharusnya menjadi istri yang sesuai dengan fitrah. Setiap keluarga itu isinya perjuangan, dengan perjuangannya masing-masing yang pastinya berbeda setiap keluarga. Visi keluarga : setiap muslim itu harusnya mempunyai visi yang sama yakni meraih ridha Allah supaya mendapatkan tiket masuk surga. Nah, baru misinya (langkah-langkah untuk mewujudkan visi) yang berbeda setiap keluarga. Misi keluarga : merupakan peleburan potensi suami dan istri menjadi potensi yang lebih besar dan harus mempunyai ruh langit . Misi ini datang dari Allah, dilakukan oleh suami yang dibantu oleh istri. Misi ini dipegang oleh suami, maka ketika kita memilih suami berarti kita juga sedang memilih nahkoda untuk melakukan perjalanan bahtera rumah tangga. Beliau juga menyampaikan terkait bagaimana cara kita menemuk