Bismillah...
Setelah berjam-jam berada di dalam
bus, alhamdulillah akhirnya pagi hari kami sampai di kantor Imigrasi Thailand. Di
Thailand bisa dikatakan jauh berbeda dengan Singapura, di Thailand tindakan
‘suap-menyuap’ sudah menjadi hal biasa. Setelah selesai di Imigrasi Thailand
yang tidak ketat, akhirnya kami melanjutkan perjalanan bersama guide tour asli Thailand.
Mayoritas penduduk Thailand beragama Budha,
hanya sedikit yang beragama Islam dan Konghucu. Umat Islam di Thailand yang
merupakan minoritas, berkembang cepat. Seperti halnya kaum minoritas di
negara-negara yang lain, kawasan Thailand bagian selatan yang merupakan basis
masyarakat melayu-muslim adalah daerah konflik agama dan persengketaan wilayah
dengan latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan. Hal ini semakin
bertambah ketika kerajaan melayu dihapuskan pada tahun 1902, masyarakat melayu
Pattani dalam keadaan sangat tertekan. Khususnya pada pemerintahan Pibul
Songgram (1939-1944), orang melayu telah menjadi mangsa dasar asimilasi
kebudayaan.
Selama perjalanan, melihat lingkungan Thailand
hampir sama dengan kondisi di Indonesia. Sebelum menuju Hatyai, kami transit di
sebuah masjid untuk sarapan terlebih dahulu. Sarapannya semacam nasi ikan teri
atau nasi kucing kalau di Indonesia haha. Tapi entah laper atau emang enak,
rasanya nikmat banget hehe. Terlebih nasi putih nya yang lonjong dan gede,
memang Thailand unggul di bagian pertaniannya. Masjid disini juga jarang gaes,
adanya di jalan-jalan besar atau jalan raya. Bersyukur di Indonesia, tiap-tiap
desa pasti ada masjid atau mushola. Di samping masjid juga ada warung makan
halal yang juga ibuny jualan thai tea, langung deh kita menyerbu untuk
mencicipi gimana rasanya the real thai tea wkwk. Harganya Cuma 20 Bath (ya
sekitar 8ribuan) dan rasanya enak.
Setelah itu kami langsung menuju pusat
souvenir di Hatyai, belanja belanja belanja deh haha. Di toko ini bisa bayar
pakai beberapa mata uang (rupiah, dollar, bath dan ringgit) dan pegawainya juga
bisa bahasa Indonesia. Dari pusat souvenir, kemudian kami menuju toko oleh-oleh
spesialis kulit asli (tapi mahal-mahal karena kulit hewan asli), jadi ya Cuma
numpang jalan-jalan dan lihat-lihat doang. Terus menuju toko oleh-oleh makanan,
di toko itu beberapa makanannya ada testernya. Tapi, harus dilihat dulu halal apa enggak (*haha,
pengalaman), jangan asal makan. Setelah belanja-belanja akhirnya waktunya kami
untuk cek in hotel untuk istirahat.
Sore harinya kami menuju Floating Market,
banyak pedagang-pedagang muslim yang berjualan disana. Berbagai jenis varian
makanan yang unik dan menggoda. Karena namanya aja floating market, berjualannya
diatas kapal dipinggiran danau atau sungai disana. Terlalu banyak jenis makanan
yang ingin dicicipi, akhirnya kami saling mencicipi makanan yang dibeli oleh
temen-temen, hehe. Buat beli juga kami cuma pakai bahasa isyarat, karena nggak
paham bahasa Thailand. Waktu itu saya patungan buat beli makanan yang nggak tau
namanya (semacam salad sayur) yang dikasih bumbu yang beraneka ragam dan
ditambahi mie, enak rasanya. Di Floating Market semakin malam semakin ramai dan
suasanya semakin syahdu dengan cahaya-cahaya lampu yang ditemani oleh panggung
karaoke disana. Tapi, disana banyak anjing liar jadi harus hati-hati juga.
Setelah itu, kami menuju ke hotel kembali
untuk makan malam. Setelah itu kami naik Tuk-Tuk (angkutan umum di Thailand)
menuju Pasar ASEAN. Tuk-Tuk beroperasi sampai malam hari dan saat itu ditemani
lagu dangdut dari Indonesia (entah judulnya apa, tapi bahasa Indonesia gitu),
asyik sih naik Tuk-Tuk bareng-bareng malam hari di Thailand. Sampailah kami di Pasar ASEAN yang menjual
berbagai macam makanan, baju, celana, jaket dan barang-barang lainnya. Mungkin
kalau di Jogja, semacam Bringharjo lah. Setelah muter-muter dan tidak ingin
membeli (sebab kebanyakan yang dijual pakaian-pakaian umum gitu), akhirnya
waktu itu ngikut rombongan temen yang mencari BB P*nds (diriku cuma nemenin).
Udah muterin beberapa minimarket Sevel disana tapi tak kunjung menemukan.
Jalan-jalan dan terus berjalan, akhirnya rombongan ini memutuskan untuk pulang
ke hotel dengan jalan kaki. Tanpa ada yang tahu jalan, hanya dengan
mengandalkan gps dan firasat. Malam hari udah sepi, kami tetap menyusuri jalan
dan gang untuk menuju hotel. Alhamdulillah sampai juga di hotel meskipun dengan
mandi keringat wkwk.
B e r s a m b u n g . . .
#Youth4Movement2018
#Youth4MoveSick
#MyFirstTrip
#MyJourney
#Malaysia #Singapore #Thailand
Komentar
Posting Komentar