Langsung ke konten utama

Inilah Dakwah...



 Dakwah adalah Cinta...
Bismillah…
Hingga rasa lelah itu lelah mengikuti langkah ini…
Bagitu awal aku mendengar kata “dakwah” hanya ada dipikiranku tentang Islam dan orang-orang alim/sholeh yang ada didalamnya. Yaa, itulah pikiran awalku sejak awal SMA aku mendengar kata itu. Setelah lulus dari bangku SMP, aku melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu disebuah SMA Negeri di Yogyakarta yang tak pernah aku menyangka bahkan bermimpi ingin masuk ke SMA kota Yogya dengan SMP yang hanya di desa. Yaah, awal masuk SMA entah mengapa hasrat ingin masuk Rohis, mungkin karena terpengaruh omongan kakakku, “pokoknya, kalau kamu SMA atau kuliah nanti harus ikut organisasi minimal 1organisasi” dan aku memilih Rohis karena terpengaruh juga karena kakakku yang anak Rohis juga.
Okelah, aku mungkin saat itu hanya mengikuti omongan dan saran kakakku. Di Rohis, alur pendaftarannya mengisi kuisioner gitu terus diwawancara sama mbak-mbaknya yang baik hari dan disuruh buat milih divisi mana. Karena, aku sering dan suka desain-desain gitu aku milih MO (Media Opini) dan Alhamdulillah aku diterima *kayaknya semuanya diterima deh -__-. Sebelum cerita tentang Rohis lebih dalam, aku pengen cerita nih tentang awal pertama aku mengenal ‘lingkaran kecil’ itu.
Yaps.. kelas X saat itu diwajibkan yang namanya mentoring setiap hari jumat. Ya, sejenis kelompok kecil gitu berkisar 10an orang dari berbagai kelas dengan 1 pemandu (read: mbak mentor J). Awal kita bertemu aku masih inget banget waktu grand opening gitu, terus kita digiring dikelas ruang 104 (*kalo gak salah ) terus dipanggil namanya gitu. “mawar, melati, bunga, …, choirun nisa bersama mbak!@$%”, terus aku buntutin gitu lah. Awal kita melingkar itu di deket mushola sekitar 10an orang, disana isinya curhat-curhatan, kadang materi dari mbaknya yang nanti biasanya berlanjut diskusi yang lari kesana kemari dan juga ada sncaknya juga lhoo.. haha.
Lanjuut, setelah mentoring itu berjalan selama hampir 2 semester, dan udah asyik-asyiknya sama temen sekelompok dan mbaknya. Tiba-tiba ada kabar yang membuatku sedih yaitu ada regrouping, ketika tiba-tiba ada surat mini gitu terus ada doa robithohnya dan ada CP nomor hape mbak @^%$, yang berarti aku harus berpindah ke kelompok baru bersama CP baru itu, dan yang berpindah cuma 3 orang termasuk aku.
Well, akhirnya aku ketemu dan bergabung dengan mbaknya dan aku ngrasa nggak nyaman soalnya mbaknya sistematis gitu, soalnya mbaknya yang awal gak sistematis  jadi agak ‘beda’ dan sempet nggak mau mentoring lagi. Hehe. Tapi, semakin kesini entah kennapa jadi jatuh cintrong sama mbaknya. Akhirnya saya lanjut sampe kelas 2 SMA yang bersisa hanya 6 biji., semakin berjalannya waktu lama-lama pada bergelintir hingga bersisa 3 orang. Setelah itu, pertengahan kelas 3 SMA aku diregrouping lagi dengan teman baru dari lintas sekolah. Finally, tinggal 1 biji orang lah (read: aku) yang masih bertahan (*walaupun banyak angin kencang yang menerpa) bersama temen-teman.  Yah, mungkin itu singkat cerita tentang aku dan lingkaran kecil. Mungkin sekarang bisa berpindah ke cerita aku dan Rohis.

Awal awal masuk rohis itu, aku gak terlalu aktif. Semester 2 mulai aktif semu gitu jadi follower acara-acara Rohis. Entah kenapa wakru kelas 2 semester aku dilobi buat jadi Roisah :o, dan aku sempet shock dan akhirnya saya terima juga. Namun, hal ini sempet menimbulkan konflik dengan teman/sahabat saya di Rohis, dia sempet ‘sinis’ dengan aku karena yang terpilih sebagai Roisah karena dia yang lebih aktif daripada aku, dan saat itu hubungan kita sempat tidak baik. Tapi, setelah kita saling memahami dan berbicara akhirnya kita dapat berhubungan dengan baik lagi.
Selama di Rohis banyak sekali suka dan dukanya dalam menjalani amanah ini. Ukhuwah yang sangat hangat terutama dengan temen-temen PH, yang kita sering syuro’ yang kadang dipenuhi canda dan debat satu sama lain, sering kumpul bareng PH dengan rihlah bersama, keakhwatan baeng. Dalam jalan dakwah ini juga ternyata tidak mudah, banyak juga lika-likunya. Pulang sekolah, nggak langsung pulang, kita harus syuro; dulu sampai sore kadang-kadang maghrib. Dimana, ketika aku berjalan dijalan ini tekadang ada beberapa orang yang semakin kesini hilang dengan sendirinya(seleksi alam). Tekadang mereka masuk Rohis hanya ikut-ikutan dan sekedar mencari pengalaman organisasi, tidak lebih dari itu. Mungkin dalam hati mereka belum tertanam rasa memiliki Rohis dan indahnya berdakwah, mereka hanya sekedar menjalankan rutinitas(proker) setelah itu selesai. Yaah, itu mungkin yang membuat kenapa mereka tidak melanjutkan dan membimbing adik-adik Rohis penerus estafet dakwah ini. Hingga, akhir kepengurusan periodeku yang akhwat yang terhitung masih aktif hanya 4 orang dengan 3 PH dan 1 kadiv. Kita berempat dan temen-temen yang ikhwan saatnya merundingkan siapa selanjutnya yang akan meneruskan estafet dakwah di sekolah ini, karena kita juga harus terus melangkah dengan medan yang berbeda. Disinilah, kita sedikit mengalami kebingungan untuk menentukan siapa yang akan melanjutkan estafet ini, sebab mereka kurang aktif dan kurang memiliki Rohis ini. Namun, kita harus memutuskan itu dan kita sudah membagi-bagi tugas untuk melobi adek-adeknya. Akhirnya, sudah terpilih calon-calon PH selanjutnya, namun beberapa hari sebelum hari pemilihan… tiba-tiba aku mendengar kabar bahwa sepasang calon PH itu barusan ‘jadian’(pacaran) dan itu sangat membuatku shock dan sedih. Dengan cepat, kita melakukan syuro’ yang sangat a lot dan akhirnya kita memutuskan untuk tidak memilih salah satu dari mereka. Finally, semuanya selesai dan sudah terpilih.
Namun, ternyta nggak cukup sampai sini. Periode mereka terhitung ada beberapa masalah, dimana mereka tidak bisa ‘merangkul’ adek kelasnya, mereka kurang ukhuwahnya, mereka hanya merasa Rohis itu seperti organisasi biasa yang hanya menjalankan prokernya masing-masing dan selesai. Sampai kita sempet sedih, greget dan rasanya ingin turun tangan lagi untuk megang estafet itu, khususnya yang akhwat(putrid). Adek kelas pun menjadi canggung dengan mereka, mereka justru lebih dekat dengan kita. Bahkan PH dan Rohis periode ini mereka tidak tahu mana adeknya yang pengurus rohis dan bukan, dan mereka hanya diam tanpa melakukan usaha apapun. Karena mereka belum mempunyai rasa cinta pada dakwah dan Rohis ini, belum terjalinnya ukhuwah antara mereka. Sempat, suatu ketika jadwal pencucian mukena yang sudah tertera jadwal dan namanya. Mereka benar-benar tidak peduli satu dengan yang lain. Hingga aku dan temenku mencoba diam dan hasilnya 2 minggu mukena itu nggak dicuci didalam lemari dan itu sangat bau tak sedap. Nah, dari situ banyak sekali teman-teman yang protes ke aku dan Roisam (periodeku dulu), dan aku kena marah Roisamku itu sampai sempat terjadi konflik kecil. Padahal, maksud aku dan temenku itu coba mendiamkan mereka, untuk melihat reaksi mereka gimana, tapi, ternyata sama saja. Mereka justru saling melempar tanggungjawab ini, padahal ini tugas yang sangat sepele.  Singkat cerita, saat ini penerus dari periode itu tidak ada satu output pun yang akhwat T_T. Terkadang disini aku merasa gagal.
Sebenarnya banyak sekali lika-likunya yang kurasakan di jalan dakwah ini. Memang disini kita butuh yang namanya komitmen, istiqomah, ukhuwah, ikhlas dan rasa cinta. Mungkin diawal masuk kuliah ini, aku mulai terasa dimana ketika iman ini diuji. Disana aku hanya menemukan 1 akhwat dan 1 ikhwan diangkatanku. Mungkin ketika makrab(ospek prodi) yang bener-bener acaranya gak mutu bingits. Pernah yang harus memakai celana, tapi aku menolak itu dan pelan-pelan bicara sama ketua makrabnya dan Alhamdulillah dimudahkan. Walaupun, ketika aku pakai rok masih ada beberapa panita lain yang menegurku dan menyarankanku supaya pakai celana dengan alasan keamanan dan keribetan. Aku waktu makrab itu bener-bener ngrasa sendiri, cuma aku yang pakai rok selama acara makrab itu berjalan dan dilihatin sama panitia-panitia lain. Terus, waktu acara outbondnya yang itu aku sholat ashar 3 menit sebelum adzan maghrib karena harus antri mandi karena badan kotor penuh lumpur. Mereka panitia tampak santai-santai saja melihat kita yang seperti ini. Wah, pokonya banyak sekali peperangan hati ketika awal-awal masuk kuliah, bener-bener diuji keistiqomahannya.
Di awal kuliah, terkadang aku merasa kecewa dengan mereka-mereka(ikhwah) yang mungkin (maaf) interaksi dengan lawan jenisnya gak ada bedanya dengan orang-orang lain. Ketika, diri ini mulai ingin menguat dan mencari penopang yang kuat, tapi mata ini berulang kali melihat beberapa kejadian yang membuatku kecewa. Mereka yang ikhwan maupun akhwat, ada yang justru sering berdua-duan kayak pacaran, terus mereka juga memboncengkan lawan jenis, mereka bersalaman dengan enaknya dan mereka saling berpegangan tangan (saat melakukan games outbond). Disitu, aku terkadang kecewa walaupun aku juga tidak lebih baik dari mereka, tapi aku berharap dikampus ini aku akan menjadi lebih baik. Tapi, kenapa disaat aku ingin menguat memperbaiki diri justru ada beberapa teman yang seperti itu. Mungkin, tidak hanya itu karena aku juga melihat beberapa orang yang mungkin dianggap orang biasa saja bukan ikhwan , tapi sebenarnya mereka paham atas itu. Bahkan mereka basic SMA nya ikut Rohis hingga ikut Keluarga Alumni juga yang notabene mereka paham, tapi ada juga yang mereka berinteraksi dengan lawan jenis tidak ada batasannya dan bahkan pacaran. Mungkin memang benar semakin pohon itu tumbuh besar dan tinggi, semakin kencang angin yang menerpannya. Dalam jalan dakwah ini memang dibutuhkan istiqomah yang kuat, ukhuwah, rasa cinta dan kedewasaan.

#TrueStory
#CoretanCeritaku

-cca19-


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Arti Kebarokahan dalam Hidup?

Bismillah.. Sudah hampir 1 tahun berada di Bogor, kota hujan penuh keberkahan. Selayaknya di Jogja yang begitu banyak taman-taman surge (majelis ilmu), di Bogor pun cukup bertebaran taman-taman surge meskipun tidak sebanyak di Jogja. Memang, di Jogja setiap hari ada kajian dari waktu subuh hingga isya’ di berbagai masjid-masjid, kampong dan kampus. Maka tak heran jika ada teman yang mengatakan bahwa ‘Jogja itu surganya kajian’ .   Itulah mungkin salah satu dari kerinduan Jogja.. Salah satu majelis ilmu yang saya ikuti pada hari Sabtu, 21 September 2019 yakni kajian Ngariung Yuk yang ternyata udah batch 6. Kajian ini ternyata juga diadakan dari Bogor Raincake milik pasangan artis Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu (a.k.a cinta fitri yang terwujud di dunia nyata). Pada Kajian Ngariung Yuk batch 6 ini mengundang seorang Ustadz ternama yakni Ust Oemar Mita di The Sahira Hotel, Bogor. Meskipun ada kuota tapi acara ini gratis. Hal ini cukup menginspirasi saya bahwa bisnis yang kemud

BAHAGIA: bukan tentang harta, tapi tentang rasa

          Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) didapuk sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan sebanyak 11,49% penduduk miskin pada 2022. Artinya, pengeluaran mereka berada di bawah garis kemiskinan Yogyakarta, yakni Rp551.342 per kapita/bulan. Sedangan Indeks Pembangunan Manusaia (IPM) di provinsi DIY tertinggi kedua nasional yakni sebesar 80,64 pada 2022. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.Mari melihat satu data lagi yakni indeks kebahagiaan DIY sebesar 71,7 pada 2021, angka lebih besar dari rata-rata nasional yang sebesar 71,49. Indeks Kebahagiaan Indonesia merupakan indeks komposit yang dihitung secara tertimbang menggunakan dimensi (perasaan dan makna hidup) dan indikator dengan skala 0-100. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia.                       Data kemiskinan,

Ruh Langit Keluarga

  Ahad, 28 Mei 2023 [Catatan Singkat: Kelas Jadi Istri bersama Teh Febrianti Almeera] Bismillahirahmanirrahim.. Sesi ini beliau banyak menyampaikan terkait visi misi sebuah keluarga, bagaimana seharusnya menjadi istri yang sesuai dengan fitrah. Setiap keluarga itu isinya perjuangan, dengan perjuangannya masing-masing yang pastinya berbeda setiap keluarga. Visi keluarga : setiap muslim itu harusnya mempunyai visi yang sama yakni meraih ridha Allah supaya mendapatkan tiket masuk surga. Nah, baru misinya (langkah-langkah untuk mewujudkan visi) yang berbeda setiap keluarga. Misi keluarga : merupakan peleburan potensi suami dan istri menjadi potensi yang lebih besar dan harus mempunyai ruh langit . Misi ini datang dari Allah, dilakukan oleh suami yang dibantu oleh istri. Misi ini dipegang oleh suami, maka ketika kita memilih suami berarti kita juga sedang memilih nahkoda untuk melakukan perjalanan bahtera rumah tangga. Beliau juga menyampaikan terkait bagaimana cara kita menemuk